Senin, 04 Juni 2012

LIFE SKILL

Keterampilan hidup Untuk  Remaja  (Life skills)
Sebagai Seorang remaja kita di tuntut untuk dapat hidup mandiri. (Bukan MANDI sendiRI hks…)karena secara langsung kita akan  menjalani liku-liku kehidupan ini. Oleh karena itu Sebagai  remaja Kita di tuntut untuk mempunyai Keterampilan Hidup.

Apa Itu Keterampilan Hidup ?
Keterampilan hidup adalah kemampuan dan keberanian untuk menghadapi dan mengatasi masalah dan kesulitan dalam hidup kita sehari-hari.

KESETARAAN

Peran pendidikan Kesetaraan yang meliputi program Paket A, B, dan C sangat strategis dalam rangka pemberian bekal pengetahuan dan program penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun.

PERANAN PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET B DALAM MENUNTASKAN WAJIB BELAJAR (WAJAR) 9 TAHUN DI KOTA MEDAN
Oleh: Falmersius L.Gaol, S.Sos *

Peran pendidikan Kesetaraan yang meliputi program Paket A, B, dan C sangat strategis dalam rangka pemberian bekal pengetahuan dan program penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun. Penyelenggaraan program ini terutama ditujukan bagi masyarakat putus sekolah karena keterbatasan ekonomi, masyarakat yang bertempat tinggal di daerah-daerah khusus, seperti daerah perbatasan, daerah bencana, dan daerah yang terisolir yang belum memiliki fasilitas pendidikan yang memadai bahkan juga bagi TKI di luar negeri dan calon TKI.
Memahami nilai dan manfaat program pendidikan kesetaraan bagi peningkatan kualitas kehidupan masyarakat menjadi salah satu faktor utama yang mendorong masyarakat untuk berpartisipasi pada program yang diselenggarakan dengan antusias.
Untuk skala nasional, penyelenggaraan program pendidikan kesetaraan dimaksudkan sebagai upaya untuk mendukung dan mensukseskan program pendidikan wajib belajar 9 tahun yang merupakan penjabaran dari rencana strategis Departemen Pendidikan nasional yang meliputi perluasan akses, pemerataan, dan peningkatan mutu pendidikan.

PEMBERANTASAN BUTA HURUF

ARTIKEL MOTIVASI

Hidup Dengan Penuh Pengharapan

hidup dengan penuh pengharapanHidup Dengan Penuh Pengharapan – Semua orang di dunia ini pasti memiliki pengharapan. Dan pengharapan itu sangat diperlukan untuk semua orang untuk dapat tetap melangkah maju dalam menempuh kehidupannya walaupun tidak jarang di dalam kehidupan ini banyak sekali hambatan dan masalah-masalah yang timbul. Namun percayalah kawan dengan kita memiliki pengharapan, maka semua masalah-masalah yang timbul dapat di lewati satu persatu dan nantinya akan menuju ke pengharapan yang telah Anda impikan atau cita-citakan.
Tidak ada yang sia-sia
Seorang Optimisme selalu memandang hidup ini sebagai persembahan terbaik. Tidak ada sesuatu yang terjadi dengan sendirinya (begitu saja), pasti ada tujuan dan maksudnya. Suatu masalah yang terjadi dalam hidup kita, janganlah dipandang dari satu sisi saja yang akan membuat semangat hidup Anda menjadi tidak bergairah. Pandanglah sisi yang lain juga karena nantinya Anda akan menemukan pemandangan yang jauh berbeda sehingga spirit hidup Anda dapat kembali lagi. Dibalik suatu masalah percayalah pasti ada sisi baiknya (positifnya) juga.
Seorang optimistis tidak harus menjadi orang yang selalu tersenyum terus atau menampakan wajah yang ceria, karena optimisme terletak di dalam hati dan bukan hanya tepampang di muka.
Hidup yang kokoh
Hidup kita terdiri atas waktu dan alasan untuk hidup. adalah sia-sia bila kita menyusun hidup kita jam demi jam, hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun tanpa menyadari alasan kita hidup. sama seperti tembok yang terbuat oleh batu bata yang tidak di semen. Mudah goyah.
Kokohkah hidup kita bagai tembok yang disemen? hanya alasan untuk hidup kita yang membedakan antara hidup yang kokoh dan yang rontok oleh goncangan. Kita memang tidak pernah bisa menghindari semua goncangan, namun kita selalu bisa menyusun alasan untuk hidup yang kokoh.
Temukan alasan hidup anda hari ini, agar hidup anda bagaikan tembok yang kokoh, sama seperti anda meletakan semen di antara batu-batu bata.
Cintailah cinta
Memang menyakitkan ketika kita mencintai seseorang, namun ia tak membalasanya, tetap yang lebih menyakitkan adalah ketika kita mencintai seseorang dan kita tidak pernah dapat menemukan kebeanian untuk mengungkapkan perasaan kita padanya.
Sebuah hal yang menyedihkan dalam hidup ketika kita bertemu dengan seseorang yang sangat berarti bagi kita hanya untuk mengetahui pada akhirnya seseorang tersebut tidak ditakdirkan untuk bersama kita sehingga kita harus dengan berat hati membiarkannya pergi dan berlalu.
Teman terbaik adalah teman dimana ketika kita duduk di sebuah ayunan, tanpa ada ucapan sekatapun dan ketika harus berpisah dengannya, terasa seolah hal tersebut merupakan percakapan paling menyenangkan yang pernah dilakukan bersama.
Adalah benar kita tidak akan pernah tahu apa yang telah kita dapatkan hingga kita kehilangannya. Tetapi adalah benar juga, ketika kita tidak pernah tahu apa yang telah hilang hingga hal tersebut menghampiri kita.
Cinta dimulai dengan sebuah senyum, kemudian tumbuh dengan sebuah kecupan, dan berakhir dengan air mata.
Sumber: www.artikel motivasi.com

PENGHILANG STRESS

Beberapa Makanan Penghilang Stress

Lagi Strezz? Cobalah beberapa makanan penghilang stress berikut ini untuk membantu Anda. Tapi tentunya tidak sekedar makanan saja, pola hidup sehat dan olahraga yang rutin pun harus dilakukan untuk membantu menghilangkan stress.
Berikut ini adalah beberapa makanan penghilang stress yang bisa Anda coba :
1. Makanan atau Camilan Manis
makanan 
manis penghilang stress
Mereka yang diet mungkin akan menjauhi makanan manis ini, tapi perlu Anda ketahui kalau makanan atau camilan manis ini juga bisa bermanfaat saat kita stress. Gula yang terkandung dalam makanan atau camilan manis tersebut memiliki sifat menenangkan.
Namun, jangan sampai Anda kebablasan makan makanan atau camilan manis terlalu banyak. Karena makanan atau camilan manis yang berlebihan bisa saja memicu timbulnya masalah kesehatan lain seperti diabetes atau obesitas. Untuk itu, makanlah secukupnya.

Selasa, 29 Mei 2012

PERMAINAN EDUKATIF

contoh permainan edukatif
Dunia anak adalah bermain, karena bermain merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak. Bermain juga merupakan tuntutan dan kebutuhan bagi anak TK, dengan bermain anak dapat memuaskan tuntutan dan
kebutuhan perkembangan anak dalam dimensi : motorik kognitif, kreativitas, bahasa emosi sosial nilai dan sikap hidup. Bermain dapat membawa harapan dan antisi tentang dunia yang memberikan dan memungkinkan anak berkhayal seperti sesuatu atau seseorang. Gordon dan Browne (1986: 265) menyatakan "Melalui bermain akan belajar mengendalikan diri sendiri, memahami kehidupan, memahami dunianya. Jadi bermain merupakan cermin perkembangan anak."

PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU DAN SISTEM


1.     Pendidikan sebagai ilmu
Objek Pendidikan        :
·         Objek material ilmu pendidikan adalah perilaku manusia.
·          Objek formalnya adalah menelaah fenomena pendidikan dalam perspektif yang luas dan integrative.
Metode Pendidikan      :
·         Metode normative, berkenaan dengan konsep manusiawi yang diidealkan yang ingin dicapai.
·         Metode eksplanatori, berkenaan dengan pertanyaan kondisi, dan kekauatan apa yang membuat suatu proses pendidikan berhasil.
·          Metode teknologis, berkenaan dengan bagaimana melakukannya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan.
·          Metode deskriptif, fenomenologis mencoba menguraikan kenyataan-kenyataan pendidikan dan lalu mengklasifikasikannya.
·         Metode hermeneutis, untuk memahami kenyataan pendidikan yang konkrit dan historis untuk menjelaskan makna dan struktur dan kegiatan pendidikan.
·         Metode analisis kritis, menganalisis secara kritis tentang istilah, pernyataan, konsep, dan teori yang ada dalam pendidikan.

Senin, 28 Mei 2012

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Konsep Pemberdayaan, Membantu Masyarakat Agar Bisa Menolong Diri Sendiri


Pemberdayaan dilahirkan dari bahasa Inggris, yakni empowerment, yang mempunyai makna dasar ‘pemberdayaan’, di mana ‘daya’ bermakna kekuatan (power). Bryant & White (1987) menyatakan pemberdayaan sebagai upaya menumbuhkan kekuasaan dan wewenang yang lebih besar kepada masyarakat miskin. Cara dengan menciptakan mekanisme dari dalam (build-in) untuk meluruskan keputusan-keputusan alokasi yang adil, yakni dengan menjadikan rakyat mempunyai pengaruh. Sementara Freire (Sutrisno, 1999) menyatakan empowerment bukan sekedar memberikan kesempatan rakyat menggunakan sumber daya dan biaya pembangunan saja, tetapi juga upaya untuk mendorong mencari cara menciptakan kebebasan dari struktur yang opresif.
perumahan-miskin
Sumber : http://www.aulia-kids.org/_img/jpg/05.jpg
Konsep lain menyatakan bahwa pemberdayakan mempunyai dua makna, yakni mengembangkan, memandirikan, menswadayakan dan memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan. Makna lainnya adalah melindungi, membela dan berpihak kepada yang lemah, untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang dan terjadinya eksploitasi terhadap yang lemah (Prijono dan Pranarka, 1996).
Dalam pandangan Pearse dan Stiefel dinyatakan bahwa pemberdayaan mengandung dua kecenderungan, yakni primer dan sekunder.

KUALITAS SDM BERKUALITAS

Kualitas Sumber Daya Manusia yang dibutuhkan Saat Ini

Sumber gambar : st1gmata-musicclinic.blogspot.com
Era globalisasi adalah era yang sedang dihadapi oleh setiap bangsa pada saat ini dan merupakan era di mana dunia menjadi terbuka dan ini menuntut kesiapan sumber daya manusia untuk semakin sadar akan adanya keterbukaan juga menuntut kesadaran akan hak dan kewajibannya sebagai insan berbudaya. Pengaruh budaya global tersebut secara disadari maupun tidak, pada suatu saat akan sampai kepada setiap bangsa di dunia, tidak terkecuali bangsa Indonesia. Oleh karenanya, apapun unsur yang terkandung di dalam era global ini menuntut kesiapan suatu bangsa dalam menghadapinya, khususnya kesiapan sumber daya manusia bangsa itu sendiri.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang merupakan ciri era globalisasi secara pesat akan mengubah dengan sangat cepat cara dan gaya hidup manusia. Kondisi semacam itu secara jelas menuntut suatu bangsa untuk mempersiapkan sumber daya manusianya, khususnya melalui bidang pendidikan. Melihat fenomena pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah Indonesia saat ini, perlu kiranya dilakukan reformasi pendidikan, yaitu mempersiapkan pendidikan yang mampu menghasilkan sumber daya manusia Indonesia untuk dapat berkompetisi dalam abad 21 atau abad milenium yang ditandai oleh adanya persaingan global yang sangat ketat. Jika salah satu upaya untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul ini adalah ditempuh melalui pendidikan, maka sudah barang tentu bangsa Indonesia akan selalu tertinggal dengan bangsa lain di dunia. Jadi fenomena bahwa pemerintah Indonesia masih memandang pendidikan dengan sebelah mata harus mulai direformasi. Pemerintah seharusnya mulai untuk memprioritaskan pendidikan dalam pembangunan yang sedang digalakkan saat ini, sebagai wahana untuk mempersiapkan sumber daya manusia.

PENDIDIKAN REMEDIAL

A. Hakekat Remedial
Pembelajaran remedial merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan. Untuk memahami konsep penyelenggaraan model pembelajaran remedial, terlebih dahulu perlu diperhatikan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan berdasarkan Permendiknas 22, 23, 24 Tahun 2006 dan Permendiknas No. 6 Tahun 2007 menerapkan sistem pembelajaran berbasis kompetensi, sistem belajar tuntas, dan sistem pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual peserta didik. Sistem dimaksud ditandai dengan dirumuskannya secara jelas standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai peserta didik. Penguasaan SK dan KD setiap peserta didik diukur menggunakan sistem penilaian acuan kriteria. Jika seorang peserta didik mencapai standar tertentu maka peserta didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan.

Kamis, 24 Mei 2012

Pusat Kegiatan Belajar Mengajar

Apa itu PKBM......?


PKBM, adalah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat... 
Yang  terlintas tentunya  sebuah bayangan  suatu wadah  atau tempat  untuk belajar masyarakat…, dan memang betul. PKBM adalah suatu wadah pendidikan nonformal dengan berbagai program kegiatan pembelajaran masyarakat yang mengarah pada pemberdayaan potensi untuk menggerakkan pembangunan di bidang pendidikan, sosial, ekonomi dan budaya, program kegiatannya apa saja...?  (wah bisa dikit atau malah buanyak...)
Artinya PKBM sebenarnya wahana bagi masyarakat untuk belajar semuanya… kok bisa..? mari kita kupas...

Contoh PKBM
Mulai dari dasar  ya...,  mengacu pada,
UUD   1945   Pasal   28C   (Setiap  orang  berhak  mengembangkan  diri  melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia) dan Pasal 31 (1) Setiap warga  negara  berhak  mendapat  pendidikan.)  (2)  Setiap  warga  negara  wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.)   kita kupas ini aja…
Dan lain-lain, masih buanyak lagi. (nggak usah dibahas…… dikira kuliah…  he he he he) yang jelas mari kita jujur…   apa sudah terlaksana…?   apa dan bagaimana sebabnya..?

SEJARAH PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

Sejarah Pendidikan Luar Sekolah


Pendidikan luar sekolah sebenarnya bukanlah barang baru dalam khasanah budaya dan peradaban manusia. Pendidikan luar sekolah telah hidup dan menyatu di dalam kehidupan setiap masyarakat jauh sebelum muncul dan memasyarakatnya sistem persekolahan. PLS mempunyai bentuk dan pelaksanaan yang berbeda dengan sistem yang sudah ada di pendidikan persekolahan. PLS timbul dari konsep pendidikan seumur hidup dimana kebutuhan akan pendidikan tidak hanya pada pendidikan persekolahan / pendidikan formal saja. PLS pelaksanaannya lebih ditekankan kepada pemberian keahlian dan keterampilan dalam suatu bidang tertentu.
Berbagai kelemahan sistem persekolahan dimuntahkan, terutama pada aspek-aspek prosedural yang dinilai mengeras, kaku, serba ketat dan formalistis. Pada intinya, walaupun sistem persekolahan masih tetap dipandang penting, pijakan pemikiran sudah mulai realistis yaitu tidak semata-mata mengandalkan sistem persekolahan untuk melayani aneka ragam kebutuhan pendidikan yang kian hari semakin mekar dan beragam. Pembinaan dan pengembangan PLS dipandang relevan untuk bisa saling isi-mengisi atau topang menopang dengan sistem persekolahan, agar setiap insan bisa menyesuaikan hidupnya sesuai dengan perkembangan zaman.
Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk membuat makalah tentang pendidikan luar sekolah yang kita kenal dengan pendidikan informal atau nonformal.

 1. Sejarah Pendidikan luar Sekolah
Sejarah terbentuknya pendidikan luar sekolah (PLS) tidak bisa lepas dari lima aspek yaitu:
a. Aspek pelestarian budaya
Kegiatan belajar mengajar
Pendidikan yang pertama dan utama adalah pendidikan yang terjadi dan berlangsung di lingkungan keluarga dimana (melalui berbagai perintah, tindakan dan perkataan) ayah dan ibunya bertindak sebagai pendidik. Dengan demikian pendidikan luar sekolah pada permulaan kehadirannya sangat dipengaruhi oleh pendidikan atau kegiatan yang berlangsung di dalam keluarga. Di dalam keluarga terjadi interaksi antara orang tua dengan anak, atau antar anak dengan anak. Pola-pola transmisi pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai dan kebiasaan melalui asuhan, suruhan, larangan dan pembimbingan.
Pada dasarnya semua bentuk kegiatan ini menjadi akar untuk tumbuhnya perbuatan mendidik. Semua bentuk kegiatan yang berlangsung di lingkungan keluarga dilakukan untuk melestarikan dan mewariskan kebudayaan secara turun temurun.

Tujuan kegiatan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan praktis di masyarakat dan untuk meneruskan warisan budaya yang meliputi kemampuan, cara kerja dan Teknologi yang dimiliki oleh masyarakat dari satu generasi kepada generasi berikutnya.

KEISTIMEWAAN INDONESIA

25 KEISTIMEWAAN INDONESIA DI MATA INTERNASIONAL

Indonesia adalah negara yang istimewa, namun masyarakat Indonesia tidak mengetahui bahwa negara mereka adalah negara yang istimewa. Mau tau keistimewaan negara kita ini?? 
Keistimewaan-keistimewaan tersebut antara lain :

PENDIDIKAN DI INDONESIA

KELEMAHAN SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA


POTRET PENDIDIKAN INDONESIA
Dunia pendidikan saat ini sering dikritik oleh masyarakat yang disebabkan karena adanya sejumlah pelajar dan lulusan pendidikan tersebut yang menunjukkan sikap kurang terpuji. Banyak pelajar yang terlibat tawuran, melakukan tindakan kriminal, pencurian penodongan, penyimpangan seksual, menyalah-gunakan obat-obatan terlarang dan sebagainya. Perbuatan tidak terpuji yang dilakukan para pelajar tersebut benar-benar telah meresahkan masyarakat dan merepotkan pihak aparat keamanan. Hal tersebut masih ditambah lagi dengan adanya peningkatan jumlah pengangguran yang pada umumnya adalah tamatan pendidikan.
Keadaan ini semakin menambah potret pendidikan kita makin tak menarik dan tak sedap dipandang makin menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap wibawa dunia pendidikan kita. Jika keadaan yang demikian tidak segera dicari solusinya, maka akan sulit mencari alternatif yang lain yang paling efektif untuk membina moralitas masyarakat.Berbagai solusi untuk memperbaiki dunia pendidikan dan mencari sebab-sebabnya merupakan hal yang tidak dapat ditunda lagi.

RUMAH SINGGAH


Potret Anak Jalanan di Sekitar Kita
Anak jalanan adalah seseorang yang masih belum dewasa (secara fisik dan phsykis) yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan dengan melakukan kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan uang guna mempertahankan hidupnya yang terkadang mendapat tekanan fisik atau mental dari lingkunganya. Umumnya mereka berasal dari keluarga yang ekonominya lemah. Anak jalanan tumbuh dan berkembang dengan latar kehidupan jalanan dan akrab dengan kemiskinan, penganiayaan, dan hilangnya kasih sayang, sehingga memberatkan jiwa dan membuatnya berperilaku negatif.

Ketika mereka dewasa, besar kemungkinan mereka akan menjadi salah satu pelaku kekerasan. Tanpa adanya upaya apapun, maka kita telah berperan serta menjadikan anak-anak sebagai korban tak berkesudahan. Menghapus stigmatisasi di atas menjadi sangat penting. Sebenarnya anak-anak jalanan hanyalah korban dari konflik keluarga, komunitas jalanan, dan korban kebijakan ekonomi permerintah yang tidak becus mengurus rakyat. Untuk itu kampanye perlindungan terhadap anak jalanan perlu dilakukan secara terus menerus setidaknya untuk mendorong pihak-pihak di luar anak jalanan agar menghentikan aksi-aksi kekerasan terhadap anak jalanan.

Rabu, 23 Mei 2012

KEISTIMEWAAN PENDIDIKAN NON FORMAL

      PENDIDIKAN NON FORMAL,WHY NOT??   


           Pendidikan nonformal, menurut The South East Asian Ministery of Education Organization, adalah setiap upaya pendidikan dalam arti luas yang di dalamnya terdapat komunikasi yang teratur dan terarah, diselenggarakan di luar subsistem pendidikan formal, sehingga seseorang atau kelompok memperoleh informasi, latihan, dan bimbingan sesuai dengan tingkatan usia dan kebutuhan hidupnya.
Kehadiran pendidikan nonformal, terutama di negara-negara sedang berkembang, dipandang telah memberikan berbagai manfaat. Pendidikan ini dipandang memiliki beberapa keunggulan bila dibandingkan dengan pendidikan formal. Penyelenggaraan program pendidikan formal pada umumnya memperoleh kritik dalam tiga segi yaitu biayanya yang mahal, kurangnya relevansi dengan kebutuhan masyarakat, dan fleksibilitasnya kurang. Mahalnya biaya penyelenggaraan program pendidikan formal disebabkan oleh waktu belajar yang lama dan terus menerus, pengelolaan pendidikan yang sentralistik, dan penggunaan sumber daya secara intensif. Kurangnya relevensi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat disebabkan oleh kurikulum yang lebih bersifat akademis, menyamaratakan peserta didik, dan cenderung terpisah dari kehidupan masyarakat sekitar. Rendahnya fleksibilitas pendidikan formal disebabkan oleh bentuk dan isi programnya yang konvensional, kepercayaan yang berlebih-lebihan terhadap dominasi sekolah dan pengaruh pendidik (guru), serta pengawasan yang seragam secara nasional.
Berawal dari kelemahan pendidikan formal tersebut. Maka di sini peranan dari pendidikan nonformal menjadi sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan dan kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia. Pendidikan nonformal hadir dengan struktur program yang lebih luwes, biaya lebih murah, lebih berkaitan dengan kebutuhan masyarakat, serta memiliki program yang fleksibel. Sehingga pendidikan nonformal memiliki peranan yang sangat besar bagi mereka yang tidak berkesempatan memenuhi kebutuhan pendidikannya melalui jalur persekolahan atau jalur formal. Sehingga pendidikann nonformal juga memiliki kedudukan dalam sistem pendidikan nasional yaitu sebagai subsistem dari sistem pendidikan nasional bersama dengan pendidkan formal dan informal untuk tercapainya tujuan dari sistem pendidikan nasional.

Sumber:  http://ririniest.wordpress.com/2010/06/01/kelebihan-pendidikan-nonformal/

Selasa, 22 Mei 2012

KEGIATAN PAUD

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Pemberdayaan Ibu Rumah Tangga dalam Penanganan Sampah Domestik dengan Prinsip 3R sebagai Upaya Pelestarian Lingkungan

Lingkungan hidup sebagai tempat melaksanakan segala aktifitas kehidupan, saat ini menunjukan perkembangan menuju ke arah yang memprihatinkan. Semakin maraknya kebutuhan manusia yang harus mutlak dipenuhi tanpa memandang dampak terhadap kondisi lingkungan, itulah salah satu penyebab semakin kritisnya kondisi lingkungan hidup saat ini.
pemberdayaan perempuan dalam mengelolah sampah domestik

Sampah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang berwujud padat baik berupa zat organik maupun anorganik yang bersifat dapat terurai maupun tidak terurai dan dianggap sudah tidak berguna lagi sehingga dibuang ke lingkungan. Sampah telah menjadi masalah lingkungan yang sangat krusial. Sumber tumpukan sampah yang makin meningkat kuantitas serta ragamnya , telah turut memberikan kontribusi yang signifikan pada kemunduran lingkungan. Kemunduran tersebut dalam aspek kebersihan lingkungan dan estetika serta perubahan ekologis, berupa peningkatan pemanasan global (global warming), yang akhirnya memicu peningkatan perubahan iklim (Climate Change) yang telah banyak menyengsarakan kehidupan manusia.

7 ranah PLS


7 Ranah Pendidikan Luar Sekolah Sebagai Upaya Pembangunan Masyarakat
Pendidikan luar sekolah  (Out of school education) adalah pendidikan yang dirancang untuk membelajarkan warga belajar agar mempunyai jenis keterampilan dan atau pengetahuan serta pengalaman yang dilaksanakan di luar jalur pendidikan formal (persekolahan).
Pendidikan Luar Sekolah menyediakan program pendidikan yang memungkinkan terjadinya perkembangan peserta didik dalam bidang sosial, keagamaan, budaya, ketrampilan, dan keahlian.
Untuk itu, pendidikan luar sekolah merupakan upaya untuk mengatasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan ketidakstabilan suatu sistem, antara lain yaitu : kebodohan, kemiskinan, pengangguran, kriminalitas, rendahnya tingkat kesehatan masyarakat, rendahnya tingkat pendapatan  masyarakat, tempat tinggal yang tidak layak huni, serta faktor-faktor lainnya. Pendidikan luar sekolah mempunyai 7 ranah yang merupakan upaya untuk membangun masyarakat menjadi lebih baik, ranah-ranah  tersebut antara lain : kesetaraan, keaksaraan, kepemudaan, pendidikan berkelanjutan, PAUD, pemberdayaan perempuan, dan life skill. Berikut ini penjelasannya :

Selasa, 08 Mei 2012

PENDIDIKAN KREATIF UNTUK KEMAJUAN BANGSA

Pendidikan Kreatif Fondasi Kemajuan

Oleh : Khotibul Umam


Pada zaman modern ini, seseorang tidak hanya di tuntut untuk pandai saja, melainkan juga dibutuhkan adanya sebuah kreativitas. Barangkali kita tidak bisa hanya menyalahkan masyarakat yang bebal, tidak mau berpikir kreatif serta bagaimana agar bisa mandiri dengan kemampuannya sendiri.
Namun, kita hendaknya juga bisa menilik bagaimana proses pendidikan di Indonesia, yang tidak mengajarkan tentang bagaimana agar mampu berpikir kreatif dan menciptakan sesuatu. Hingga kini, orientasi pendidikan di Indonesia lebih cenderung untuk mencetak para tenaga kerja baik di perusahaan-perusahaan, maupun instansi-instansi swasta dan pemerintah. Kemudian, pola pendidikan di negara kita itu tidak mengarah kepada bagaimana menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan. Di antara sebabnya adalah belum adanya budaya meneliti dalam dunia pendidikan di Indonesia,tidak seperti yang terjadi di negara-negara maju semisal Jepang, China,Korea, dan Amerika Serikat. Di negara-negara maju tadi, interest untuk menjadi seorang peneliti dan menciptakan sesuatu sangatlah tinggi.Ini bisa dilihat dari beraneka ragamnya teknologi buatan negara maju yang sangat kita rasakan manfaatnya, seperti pesawat terbang, komputer. Dan juga sesuatu yang digemari oleh anak-anak,seperti robot,film,dan komik kartun. Di negara-negara maju, sistem pendidikan yang digunakan hanya bertumpu pada teori. Tidak seperti di Indonesia yang pendidikannya membutuhkan waktu yang panjang dan proses yang rumit.Tak heran jika SDM di negeri kita terkesan pasif dan kurang terangsang untuk bercipta. Seperti lagu Sherina feat Ello, Ayo Indonesia Bisa, kita harus mampu menunjukkan bahwa Indonesia mampu dan bisa,karena Indonesia memiliki aneka ragam budaya yang tidak dimiliki negara lain.
Pendidikan yang bermutu, berkualitas, dan mampu merangsang daya kreativitas merupakan kebutuhan mendasar bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal ini demi memajukan mereka sebagai sang pembelajar yang mengemban amanat bangsa. Alhasil, kreativitas akan mengantarkan seseorang menjadi pionir perubahan yang mampu menyibak masa lalu yang kelam menuju masa depan yang gemilang. 
(Sumber: Seputar Indonesia, 17 Desember 2011).

SEKOLAH MENTARI

Selasa, 01 Mei 2012

PENDIDIKAN PARENTING

Pendidikan Dan Parenting Dalam Keluarga

 Minggu, 21-02-2010 09:01:25 oleh: Marjohan M.Pd
Kanal: Gaya Hidup
 
Pendidikan Dan Parenting Dalam Keluarga
Orangtua (ayah dan ibu) merupakan figur yang sangat berpengaruh dalam pertumbuhan dan perkembangan seorang anak, karena merekalah sebagai pembentuk karakter dasar seorang anak setelah lahir. Mereka juga sebagai guru pertama dalam kehidupan anak, karena perannya dalam memperkenalkan nama-nama, jenis-jenis kata, etika, sopan santun dan lain-lain, bagi mereka.
Barangkali dewasa ini masih banyak orang tua menumbuh-kembangkan anak-anak dengan cara meniru konsep mendidik generasi sebelumnya. Apabila generasi sebelumnya sukses sebagai orang tua pendidik maka pewarisan naluri mendidik tentu bisa berhasil namun bila yang ditiru adalah konsep mendidik yang sudah kadaluarsa, konsep mendidik yang tidak sesuai lagi- keras, kaku, dan otoriter, maka akan melahirkan generasi yang karakternya rapuh , dan mudah. Namun dalam zaman informasi dan telekomunikasi yang begitu pesat, setiap orang tua diharapkan agar mampu untuk mengenal konsep parenting, yaitu bagaimana menjadi orang tua yang bijak – menerapkan konsep mendidik yang yang mendorong kreatifitas, inovasi serta memberi pemodelan pada anak.
Orang tua Sebagai Manajer Keluarga
Seperti yang dikatakan di atas bahwa ayah dan ibu punya peran dan tanggung jawab untuk menjadi pengasuh atau orang tua. Istilah ini dikenal dengan kata parenting. Orang tua dapat dikatakan sebagai manajer untuk rumah tangga, karena peran mereka sebagai pengelola situasi dan kondisi rumah. Oleh sebab itu bila semua orang tua ingin bahagia dan sejahtera maka mereka perlu menerapkan parenting manajemen. Bagaimana konsep parenting manajemen itu ?
Rata-rata orang tua sekarang sudah banyak yang memperoleh pendidikan SLTA (SMA, Madrasah Aliyah dan SMK) mereka tentu mengenal unsur-unsur organisasi dan malah tentu ada yang ikut berorganisasi di sekolah atau dalam masyarakat. Di sana tentu mereka mengenal kata perencanaan (planning), pelaksanaan, dan evaluasi. Maka konsep atau rumusan untuk menjalankan melaksanakan manajemen parenting cukup sederhana yaitu melakukan planning, organizing, actuating (pelaksanaan) dan kontrol.
Orang tua sebagai direktur atau manager dalam rumah tangga perlu untuk duduk bareng antara ayah dan ibu, dan bila anak anak sudah bisa diajak untuk bertukar pikiran maka mereka juga perlu dilibatkan dalam melakukan planning (perencanaan) untuk kemajuan keluarga, untuk menambah pendapatan dan menggunakan anggaran, demikian juga rencana untuk kesejahteraan keluarga dalam bidang kesehatan dan pendidikan. Menurut teori bahwa ada planning jangka panjang, jangka menengah dan planning jangka pendek- yaitu hitungannya mungkin dalam bentuk harian, mingguan dan bulanan. Rumah tangga tanpa perencanaan yang jelas kerap membawa prahara (kegaduhan) dalam rumah tangga, ayah dan ibu cendrung saling menyalahkan, misalnya dalam hal keuangan atau dalam cara mendidik anak. “Kau keterluan mama, uang untuk satu bulan kau habiskan untuk membeli hal yang tidak berguna…!”.
Hal-hal yang telah direncanakan tentu perlu dikelola atau diatur (organized) dan seterusnya dilaksanakan (actuating) dengan konsisten oleh semua anggota keluarga- sesuai dengan porsinya. Tentu saja ayah dan ibu musti menjadi pengontrol yang baik. Mereka perlu melakukan control. Kemudian berdasarkan waktu yang ditetapkan mereka melakukan evaluasi dalam pertemuan informal keluarga- mungkin saat makan malam atau habis shalat bejamaah dalam keluarga. Kedengaranya begitu ideal atau seperti cerita dalam sinetron. Namun setiap keluarga musti melakukan hal yang demikian.
Manurung (1995) mengatakan bahwa leadership is the key to management. Pernyataan ini berarti bahwa “ kepemimpinan adalah kunci atas manajemen”. Di sini diharapkan agar ayah dan ibu juga memperlihatkan model atau suri teladan sebagai “tokoh ibu dan sebagai tokoh ayah yang ideal” bagi seluruh anggota keluarga mereka. Dalam kehidupan ini dapat dijumpai bahwa begitu banyak rumahtangga berjalan tanpa manajemen yang jelas- mereka berprinsip bahwa biarkan rumahtangga ini mengalir seperti air. Ini terjadi karena leadership (kepemimpinan) dan management (pengelolan) rumah tangga tidak ada dan tidak berjalan menurut semestinya. Akibatnya bahwa rumah tangga tanpa leadrrship dan tanpa manajemen yang jelas akan digerakan atau dipengaruhi oleh orang yang berada di luar keluarga.
Selain menerapkan fungsi sebagai leader atau manager bagi rumah tangga, orang tua juga perlu mengenal atau memperhatikan perkembangan watak anak-anak mereka. Idealnya mereka harus tahu tentang perkembangan jiwa anak. Bagaimana watak seseorang pada waktu anak-anak maka demikian pula wataknya setelah dewasa. Kita bias memperhatikan bagaimana karakter anak-anak Sekolah Dasar- cukup beragam, ada yang lucu, serius, penganggu, yang tenang dan lain-lain. Anak yang suka melucu, setelah dewasa juga suka melucu. Anak-anak yang suka memimpin setelah dewasa juga akan berwatak pemimpin dan anak-anak yang pasif atau penurut setelah dewasa juga akan jadi pasif dan penurut.
Teori manajemen yang diterapkan oleh suatu organisasi agaknya perlu untuk diadopsi. Kesuksesan sebuah organisasi atau keharmonisan sebuah keluarga akan terjadi bila manajemennya mengutamakan people oriented atau family oriented. Unsur manusia memegang peran yang sangat penting. Oleh sebab itu orang tua perlu tahu dan memperhatikan kebutuhan anak (anggota keluarga).
Kebutuhan kebutuhan anak sebagai manusia adalah dalam bentuk kebutuhan fisik, kebutuhan keselamatan, kebutuhan sosial/berkelompok, kebutuhan dihormati dan kebutuhab atas kebangaan /aktualisasi diri. Dalam pengalaman hidup yang terlihat bahwa banyak orang tua yang sangat peduli dalam memenuhi kebutuhan fisik anak saja, yaitu seperti memenuhi kebutuhan makan atas makan, minum, pakaian, kesehatan, demikian terhadap kebutuhan atas keselamatan dan kebutuhan sosial atau berkelompok. Namun bila masih ada orang tua yang terbisaa mendikte anak, serba mencampuri pribadi anak sampai detail, mencela anak atau mengejek anak maka ini berarti bahwa mereka tidak (atau kurang) memenuhi kebutuhan anak dari segi penghormatan dan kebutuhan aktualisasi diri anak.
Sebagai manager bagi rumah tangga, maka orang tua juga harus peduli dalam menjaga kerukunan keluarga dan dengan kemajuan atau prestasi anak. Untuk mendorong anak agar lebih berprestasi dalam hidup- di sekolah dan di rumah- maka orang tua perlu memberi penghargaan dan penghormatan. “Ibu bangga dengan kerajinan mu dalam bekerja, ….ayah senang karena kamu sopan dalam berbahasa,……Ibu mau membelikan kamu sepeda karena kamu rajin dalam belajar dan dalam membantu ibu, …atau ayah akan membelikan kamu komputer karena kamu sudah bisa sholat yang teratur”. Penghargaan dan penghormatan yang diberikan orang tua bisa dalam bentuk kata-kata atau dalam bentuk reward (hadiah) yang konkrit.
Orang tua ideal
Seperti yang telah dikatakan bahwa agaknya semua orang tua bisa menjadi manager keluarga. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan agar mereka bias menjadi orang tua yang ideal. Orang tua yang ideal musti punya wibwa didepan anak-anak, melakukan tindakan atau action positif. perlu bermasyarakat, punya sopan santun “tidak ngomong dan berpakaian seenak hati saja”, punya disiplin, punya prinsip hidup, peduli dengan tanggung jawab, dan peduli dengan keutuhan keluarga. Kemudian mereka musti berbuat untuk mendapatkan prinsip-prinsip ini.
Wibawa lebih berharga dari tubuh yang besar. Memang memiliki tubuh yang besar dan kuat adalah modal pribadi dan menjadi kebanggaan tersendiri. Tetapi kalau hanya sekedar memiliki tubuh yang gagah atau fisik yang besar, bila tidak berwibwa, karena karakter yang terpancar melalui kata-kata, perbuatan, dan fikiran, cara berpakaian tidak serasi dan kurang kualitas diri, maka tubuh besar yang ganteng atau cantik tidak ubah seperti patung yang diberi hiasan. Untuk itu, sekali lagi, orang tua perlu menjaga wibawa di depan anak-anak dan anggota keluarga yang lain. Wibawa juga dapat terbentuk melalui keserasian antara kata-kata dan perbuatan. Pribahasa mengatakan “action speaks louder than words” maksudnya bahwa perbuatan lebih nyaring bunyinya dari pada kata-kata semata.
Kebutuhan bersosial perlu dikembangkan. Sebagai konsekuen bahwa orang tua bertanggungjawab dalam mendidik anak untuk bergaul dengan masyarakat, karena anggota keluarga adalah juga sebagai makhluk sosial- yang juga perlu untuk hidup bermasyarakat. Sehingga kalau mereka hidup terpencil dari masyarakat, akan bias memiliki jiwa yang kerdil. Maka keluarga yang memiliki pergaulan sosial yang luas akan menjadi keluarga yang cerdas, dan bahagia.
Peran orang tua sebagai guru utama bagi anak karena mlalui mereka anak-anak belajar tentang sopan santun (tata karma). Pribahasa yang berbunyi “air atap akan jatuh ke tuturan” bisa berarti bahwa prilaku orang tua bisa jadi akan ditiru oleh anak-anaknya. Kebisaaan bertegur sapa dan tutur bahasa yang ramah tamah, sebagai contoh, bisa ditiru anak dari orang tua nya. Orang tua yang terbiasa membentak-bentak anak akan cenderung melahirkan anak yang juga gemar membentak dan menghardik teman atau anggota keluarga yang lain. Pengaruh keluarga memang sangat membekas pada diri anak, seperti yang diungkapkan oleh Dorothy Law. Ia mengatakan bahwa:
- Bila anak hidup dalam kecaman, dia belajar mengutuk
- Bila dia hidup dalam permusuhan dia belajar berkelahi
- Bila dia hidup dalam ketakutan, dia belajar menjadi penakut
- Bila dia hidup dikasihani, dia belajar mengasihani dirinya
- Bila dia hidup dalam toleransi, dia belajar bersabar
- Bila dia hidup dalam kecemburuan, dia belajar merasa bersalah
- Bila dia hidup diejek, dia belajar menjadi malu
- Bila dia hidup dipermalukan, dia belajar tidak yakin akan dirinya
- Bila dia hidup dengan pujian, dia belajar menghargai
- Bila dia hidup dengan penerimaan, dia belajar menyukai dirinya
- Bila dia memperoleh pengakuan, dia belajar mempunyai tujuan
- Bila dia hidup dalam kebijaksanaan, dia belajar menghargai keadilan
- Bila dia hidup dalam kejujuran, dia belajar menghargai kebenaran
- Bila dia hidup dalam suasana aman, dia belajar percaya akan dirinya
Dari ekspresi berdasarkan perlakuan orang tua terhadap anak tentu ada butir butir yang harus dihindari dan butir-butir yang perlu untuk dipertahankan. Kebisaaan menebar kecaman, permusuhan, ketakutan, kecemburuan, dan mempermalukan makan orang tua akan memperoleh anak yang juga gemar untuk mengutuk, berkelahi, menjadi penakut, merasa bersalah, dan tidak yakin akan dirinya. Sebaliknya orang tua yang membudayakan sikap toleransi, pujian, penerimaan, pengakuan, kebijaksanaan, kejujuran dan suasana aman makan akan diperoleh anak yang memiliki karakter suka bersabar, menghargai, menyukai dirinya, mempunyai tujuan, menghargai keadilan, menghargai kebenaran dan belajar percaya akan dirinya.
Beberapa hal yang perlu diketahui oleh orang tua
Ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh orang tua dalam hidup ini. Misalnya keluarga yang tidak bahagia cenderung mengeluarkan produk yang tidak bahagia pula. Memang kebahagiaan itu itu tidak datang dari langit, namun kebahagiaan itu perlu usaha untuk mendapatkanya. Orang bijak mengatakan bahwa orang yang bahagia adalah orang yang kaya hati dan fikirannya. Oleh sebab itu orang tua perlu melatih anggota keluarga agar kaya hati dan kaya fikiran. Ini diperoleh melalui banyak belajar secara otodidak atau secara terprogram.
Disiplin perlu ditegakan dalam keluarga. Melaksanakan disiplin dapat dilakukan melalui kegiatan keluarga. Tiap anggota keluarga perlu punya agenda kehidupan yang meliputi kegiatan belajar, bekerja, beribadah, bersosial, melakukan hobi, dan lain-lain. Ini semua perlu kontrol dalam pelaksanaanyya. Yang perlu untuk dihindarkan dalam pelaksaan displin adalah “cara-cara memaksa”. Karena banyak memaksa dapat mematikan kreasi anak. Kemudian orang tua juga perlu untuk membudayakan kegiatan belajar dalam keluarga. Sudah kuno kalau masih ada orang tua yang berpendapat bahwa “pendidikan adalah tanggung jawab penuh dari sekolah saja”, karena sekolah bukanlah bengkel yang akan memperbaiki anak yang sudah rusak. Akhir kata bahwa pendidikan yang utma dalah dalam keluarga, sedangkan guru atau sekolah hanya sebagai kelanjutan saja.
Catatan: Manurung, M.R dan Manurung, Hetty (1995). Manajemen Keluarga.
Bandung: Indonesia Publishing House.
Marjohan M.Pd, Penulis Buku SCHOOL HEALING MENYEMBUHKAN PROBLEM SEKOLAH, Insan Madani Yogyakarta (2009)

TIPS

TIPS MENINGKATKAN SEMANGAT BELAJAR
Bagi sebagian pelajar, mungkin banyak dari mereka yang terkadang merasa malas untuk bersekolah. Ketika malas bersekolah itu, otomatis kita tidak mendapatkan ilmu, bukan?
Nah, dalam artikel ini penulis akan memaparkan beberapa tips yang bisa diterapkan untuk meningkatkan semangat belajar. Namun, perlu juga untuk digarisbawahi bahwa belajar itu tidak harus di sekolah. Kita bisa belajar wherever we are. Entah itu di rumah, di lingkungan masyarakat, di kamarpun kita bisa belajar. Semoga bermanfaat.


 1. INGAT MASA DEPAN.
    Salah satu tujuan kita belajar adalah agar masa depan kita cerah. Tidak MADESU ( Masa Depan Suram ). Ketika kita selalu ingat masa depan kita, maka bawah sadar kita akan membimbing kita untuk tidak malas belajar. "Oh iya ya, Kalau aku pengen jadi dokter, Aku harus belajar". Ingatlah cita-cita kalian. Cita-cita tidak akan bisa terwujud jika kita tidak mau belajar sekarang.
 

2. KITA BERHUTANG PADA ORANG TUA
     Pasti semua sadar bahwa orang tua kita sudah memberi kita banyak sekali kemudahan, mulai dari segi materiil maupun nonmateriil. Tanpa keluarga, kita bukan apa-apa. Dari kecil sampai kita sebesar sekarang ini, sudahkah kita memberi kepada orang tua? Malahan orang tualah yang selalu memberi ke kita, bukan? Itu artinya, kita punya hutang pada ortu kita. Dan ingat, setiap Hutang harus dibayar. Kita tidak akan bisa membayarnya tanpa belajar. So, Let's Study hard.


 3. BUAT MEREKA BANGGA.
    Ketika kita sukses, teman-teman ataupun semua orang yang kita sayangi akan merasa bangga pada kita. Siapa yang tidak ingin seperti itu? Semua manusia yang punya tujuan pasti menginginkan itu. Kesuksesan kita tidak akan bisa terwujud jika kita tidak belajar. Pendeknya, No Study, No Succes.
 

4. BERMANFAAT BAGI ORANG LAIN.
    Siapa sih yang tidak bangga ketika dirinya bisa berguna bagi orang lain?
Kita akan menjadi orang yang berguna bagi orang lain ketika kita sudah belajar. Contohnya, Kita tidak akan bisa membantu mengerjakan PR Matematika adik kita jika kita tidak bisa Matematika sama sekali.


5. MALU JIKA TIDAK BISA.
    Semua orang punya urat malu, bukan? Ketika kita tidak bisa melakukan sesuatu, kita pasti malu. Namun jika kita ingin  bisa sesuatu tersebut, kita perlu belajar untuk menjadi bisa. Agar tidak menuai malu.

6.BERGAULAH DENGAN ORANG YANG RAJIN
Bergaul dengan orang yang rajin belajar akan membuat kita ikut gemar atau rajin belajar.Sebab kebiasaan dan semangat mereka akan menular pada diri kita.Seperti halnya analogi orang yang berteman dengan tukang pandai besi,kita tidak akan mendapatkan sesuatu kecuali bau bakaran besi.Sebaliknya orang yang berteman dengan penjual minyak wangi,mereka juga tidak akan mendapatkan sesuatu kecuali bau minyak wangi tersebut.Oleh karena itu bergaullah dengan orang orang yang gemar dan rajin belajar.
7. BELAJAR SEMUA HAL
Kita dituntut untuk mempelajari semua hal,kita tidak boleh belajar satu ilmu saja,misal ilmu sosial saja.Karena sesungguhnya suatu ilmu tidak dapat berdiri sendiri,antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lain adalah saling berkaitan.Demikian juga kita tidak boleh mempelajari ilmu umum saja tanpa dibarengi ilmu agama,kedua duanya harus di seimbangkan.
8.BERGAULLAH DENGAN ORANG-ORANG YANG SELALU OPTIMIS DAN  BERPIKIR POSITIF
Di dunia ini ada orang orang yang selalu terlihat optimis meski masalah telah mewarnai hidupnya.Kita akan tertular rasa optimis,gairah dan semangat dengan cara sering bersosialisasi dengan orang orang yang mempunyai sikap optimis.

Sebenarnya masih banyak sekali tips yang bisa kita terapkan untuk memupuk semangat belajar kita. Namun. semoga 8 tips tersebut bermanfaat bagi kalian. Untuk tips-tips lainnya, saya yakin kalian bisa menemukannya sendiri. Mau? Maka dari itu belajarlah ^^

zulfiyan.blogspot.com/.../tips-meningkatkan-semangat-belajar.html


SEKOLAH ALAM

SEKOLAH ALAM JAWABAN KEBOSANAN PESERTA DIDIK

Konsep Sekolah Alam
 

Sekolah alam adalah sebuah model pendidikan yang berusaha mengembangkan pendidikan secara alami, belajar dari semua makhluk yang ada di alam semesta. 
Menurut Efriyani Djuwita,M.Si seorang psikolog Perkembangan Anak dan staf pengajar Fakultas Psikologi UI, Sekolah alam adalah salah satu bentuk pendidikan alternatif yang menggunakan alam sebagai media utama sebagai pembelajaran siswa didiknya. Tidak seperti sekolah biasa yang lebih banyak menggunakan metode belajar mengajar di dalam kelas, para siswa belajar lebih banyak di alam terbuka. Di sekolah alam metode belajar mengajar lebih banyak menggunakan aktif atau action learning dimana anak belajar melalui pengalamanDalam konsep pendidikan Sekolah Alam terdapat 3 fungsi antara lain :
• Alam sebagai ruang belajar
• Alam sebagai media dan bahan ajar
• Alam sebagai objek pembelajaran
Proses pembelajaran Sekolah Alam menyandarkan pada 4 (empat) pilar
1. Pengembangan akhlak yang baik (akhlaqul Karimah)
2. Pengembangan logika dan daya cipta melalui percobaan (Expreriental Learning)
3. Pengembangan kepemimpinan dengan metode Outbond Training
4. Pengembangan kemampuan berwirausaha (Entrepreneurship)

Pada dasarnya sekolah alam mencoba mengajak siswa untuk memaknai konsep fitrah, di mana sekolah bukan lagi sebagai beban, tetapi realitas kehidupan yang karenanya ilmunya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. 

Keunggulan Sekolah Alam

           Sekolah alam pun hadir untuk menjawab itu semua. Menjadi jalan keluar bagi kebosanan anak-anak dalam menuntut ilmu sekaligus mewujudkan impian bagi para orangtua atau siapapun yang peduli terhadap dunia pendidikan Indonesia yang menginginkan perubahan. Perubahan bukan hanya pada tempat atau lokasi belajar, tetapi juga perubahan cara pandang terhadap pendidikan yang menyeluruh dan mendasar. Sekolah alam sudah banyak terdapat di Indonesia, Bandung, Bogor, dan beberapa kota besar lainnya. Namanya juga sudah sekolah alam, tempat belajarnya pun tentunya di alam bebas. Sekolah alam tidak menyediakan bangunan seperti sekolah-sekolah reguler. Murid-muridnya bisa belajar bebas di alam. Merasakan keindahan alam dan menghirup udara segara setiap harinya. Di sekolah alam, murid-murid bebas untuk berekspresi, melakukan berbagaipercobaan atau eksperimen, dan mengeksplorasi apapun yang ada di sekitar mereka tanpa dibatasi peraturan yang secara tidak langsung terkadang membatasi keingintahuan mereka. 
Sekolah alam sangat menghargai dan percaya bahwa setiap anak diciptakan berbeda. Mereka tidak lantas memaksakan seorang murid untuk menguasai satu pelajaran tertentu. Sekolah alam benar-benar membebaskan anak-anak untuk mengembangkan bakat pribadi yang mereka punya. Sehingga sedari dini anak-anak sudah diajarkan untuk menghargai berbagai perbedaan. Mereka pun jadi pribadi yang berkarakter namun tetap memiliki wawasan ilmu yang luas.

Keunggulan lain dari sekolah alam adalah anak-anak menjadi lebih sadar terhadap lingkungan. Selain menghargai berbagai perbedaan yang ditimbulkan oleh karakter yang berbeda-beda, sekolah alam secara tidak langsung juga mengajarkan anak-anak untuk lebih menghargai alam. Kurikulum Sekolah Alam

Kurikulum yang diajarkan di sekolah alam cenderung tidak terlalu berbeda dengan kurikulum yang diterapkan di sekolah-sekolah regular. Standar sekolah alam juga sudah ditetapkan oleh Kemenetrian Pendidikan Indonesia. Intinya, kurikulum yang diterapkan di sekolah alam harus mengikutsertakan alam sebagai media belajar anak. Sebagian besar, kurikulum pada sekolah alam berhubungan dengan tiga hal. Yaitu, akhlak atau kepribadian, sains atau ilmu alam, serta kepemimpinan atau leadership. Pada kurikulum pembentuk akhlak atau kepribadian, para peserta didik diberi teladan untuk kemudian diterapkan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Untuk kurikulum sains atau ilmu alam, para peserta didik diajarkan sekaligus dibiasakan untuk mengamati fenomena yang terjadi di alam, melakukan percobaan dan beberapa kegiatan penerapan ilmu lain. Sedangkan untuk kurikulum yang membentuk jiwa kepemimpinan, sekolah alam akan menyediakan fasilitas outbond. Dengan begitu, berbagai nilai-nilai dalam kehidupan, seperti kerjasama, melindungi, musyawarah, memimpin, membela, dan berlaku adil bisa diterapkan dalam bentuk permainan yang menyenangkan.






PENDIDIKAN NON FORMAL DAN PERANANYA DALAM PAUD

Pendidikan Non Formal dan Peranannya dalam Pendidikan Anak Usia Dini



Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu: Tujuan Utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa, Tujuan Penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun. (http://id.wikipedia. org/wiki/Pendidikan_anak_usia_dini).
Arti pentingnya pendidikan dini pada anak telah menjadi perhatian internasional. Dalam pertemuan Forum Pendidikan Dunia tahun 2000 di Dakkar, Senegal, telah menghasilkan enam kesepakatan sebagai kerangka aksi pendidikan untuk semua (The Dakkar Frame work for Action Education for All) yang salah satu butirnya menyatakan: “memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak usia dini (PAUD), terutama bagi anak-anak yang sangat rawan dan kurang beruntung.
Anggapan bahwa pendidikan baru bisa dimulai setelah usia sekolah dasar yaitu usia tujuh tahun ternyata tidaklah benar. Bahkan pendidikan yang dimulai pada usia Taman Kanak-kanak (4-6 tahun) pun sebenarnya sudah terlambat. Menurut hasil penelitian di bidang neurologi seperti yang dilakukan oleh Dr. Benyamin S. Bloom, seorang ahli pendidikan dari Universitas Chicago, Amerika Serikat, mengemukakan bahwa pertumbuhan sel jaringan otak pada anak usia 0-4 tahun mencapai 50% (Cropley, 1999: 94). Artinya bila pada usia tersebut otak anak tidak mendapatkan rangsangan yang maksimal maka otak anak tidak akan berkembang secara optimal.
Hasil penelitian di Baylor College of Medicine menyatakan bahwa lingkungan memberi peran yang sangat besar dalam pembentukan sikap, kepribadian, dan pengembangan kemampuan anak secara optimal. Anak yang tidak mendapat lingkungan baik untuk merangsang pertumbuhan otaknya, misal jarang disentuh, jarang diajak bermain, jarang diajak berkomunikasi, maka perkembangan otaknya akan lebih kecil 20 - 30% dari ukuran normal seusianya (Depdiknas, 2003:1).
Secara keseluruhan hingga usia delapan tahun, 80% kapasitas kecerdasan manusia sudah terbentuk, artinya kapasitas kecerdasan anak hanya bertambah 30% setelah usia empat tahun hingga mencapai usia delapan tahun. Selanjutnya kapasitas kecerdasan anak tersebut akan mencapai 100% setelah berusia sekitar 18 tahun (Abdulhak, 2002). Oleh sebab itu masa kanak-kanak dari usia 0-8 tahun disebut masa emas (golden Age) yang hanya terjadi satu kali dalam perkembangan kehidupan manusia sehingga sangatlah penting untuk merangsang pertumbuhan otak anak melalui perhatian kesehatan anak, penyediaan gizi yang cukup, dan pelayanan pendidikan.
Layanan pendidikan anak usia dini di Indonesia masih termasuk sangat memprihatinkan. Oleh sebab itu peran pendidikan luar sekolah sangat penting untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Pengertian Pendidikan Non Formal
Pendidikan nasional, sebagai salah satu sistem dari supra sistem pembangunan nasional, memiliki tiga subsistem pendidikan sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 yaitu pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal. Pendidikan formal disebut juga pendidikan sekolah sedangkan pendidikan nonformal dan informal tercakup ke dalam pendidikan luar sekolah.
Menurut pengertian Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 12 “Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang” sedangkan ayat 13 menyatakan “Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan”.
Coombs (Trisnamansyah, 2003: 19) mendefinisikan nonformal education sebagai setiap kegiatan pendidikan yang diorganisasikan di luar sistem persekolahan yang mapan baik dilakukan secara terpisah atau sebagai bagian penting dari kegiatan yang lebih besar, dilakukan secara sengaja untuk melayani peserta didik tertentu guna mencapai tujuan belajarnya.
Sudjana (2001: 63) pendidikan luar sekolah telah hadir di dunia ini sama tuanya dengan kehadiran manusia yang berinteraksi dengan lingkungan di muka bumi ini dimana situasi pendidikan ini muncul dalam kehidupan kelompok dan masyarakat. Kegiatan pendidikan dalam kelompok dan masyarakat telah dilakukan oleh umat manusia jauh sebelum pendidikan sekolah lahir di dalam kehidupan masyarakat. Pada waktu permulaan kehadirannya, pendidikan luar sekolah dipengaruhi oleh pendidikan informal, yaitu kegiatan yang terutama berlangsung dalam keluarga dimana terjadi interaksi di dalamnya berupa transmisi pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai, dan kebiasaan. Pada dasarnya kegiatan tersebut menjadi akar untuk tumbuhnya perbuatan mendidik yang dikenal dewasa ini.
Dalam perkembangan selanjutnya, kelompok-kelompok yang terdiri dari keluarga-keluarga mengadopsi pola transmisi tersebut ke dalam kehidupan kelompok seperti keterampilan bercocok tanam. Kegiatan belajar-membelajarkan tersebut yang dilakukan untuk melestarikan dan mewariskan kebudayaan secara turun temurun itulah yang termasuk ke dalam kategori pendidikan tradisional yang kemudian menjadi akar pertumbuhan pendidikan luar sekolah.
Sejak awal kehadirannya di dunia ini, pendidikan luar sekolah telah berakar pada tradisi dan adat istiadat yang dianut oleh masyarakat yang mendorong penduduk untuk belajar, berusaha, dan bekerjasama atas dasar nilai-nilai budaya dan moral yang dianut oleh masyarakat tersebut. Hal ini biasanya terdapat dalam pepatah dan nasehat para orang tua yang intinya mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan belajar, berusaha, dan bekerjasama dalam masyarakat.
Asas Pendidikan Sepanjang Hidup
Pendidikan luar sekolah didasari oleh empat asas yaitu asas kebutuhan, asas pendidikan sepanjang hayat, asas relevansi dengan pembangunan masyarakat, dan asas wawasan ke masa depan. Dalam hal ini perhatian lebih ditujukan pada asas pendidikan sepanjang hayat yang relevan dengan topik yang sedang dibahas. Hawes, (Trisnamansyah, 2003: 7) mengemukakan dua puluh karakteristik pendidikan sepanjang hayat, antara lain:
1. Pendidikan sepanjang hayat tidak hanya terbatas pada pendidikan orang dewasa tapi juga meliputi serta menyatukan semua tingkat pendidikan prasekolah, SD, SLTP dan seterusnya. Ini merupakan pandangan pendidikan secara menyeluruh.
Berdasarkan karakteristik di atas maka pendidikan prasekolah telah diakui sebagai bagian dari pendidikan sepanjang hayat. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Worth, W.H. (Cropley, 1999: 43) yang mengemukakan bahwa pendidikan tidak boleh menolak anak di bawah umur enam tahun dan menganjurkan pendidikan anak-anak awal yang disebutnya “Early Ed. Tiga tujuan pokok “Early Ed”, yang meliputi perlengkapan stimulasi, membantu pemahaman identitas, dan menciptakan pengalaman sosialisasi yang tepat. Aspek terpenting anjuran Worth ialah pendidikan anak usia dini sebagai fase pertama sistem pendidikan seumur hidup. Ia menyarankan bahwa tujuannya harus memuat pengembangan keterampilan untuk mendayagunakan informasi dan simbol-simbol, meningkatkan apresiasi bermacam-macam mode ekspresi diri, memelihara keinginan dan kemampuan berpikir, menanamkan keyakinan setiap anak tentang kemampuannya untuk belajar, membantu perasaan harga diri, dan akhirnya, meningkatkan kemampuan untuk hidup dengan orang lain. Worth melihat pendidikan anak usia dini meliputi variable yang kompleks dalam bidang kognitif, motivasi dan sosio affektif yang jika berkembang dengan tepat akan menjadi basis pemenuhan diri dalam kehidupan. Dengan demikian Worth mengakui pentingnya pendidikan anak-anak usia prasekolah sebagai salah satu fase pendidikan seumur hidup.
2. Rumah memegang peranan pertama, tajam dan penting dalam memulai proses belajar sepanjang hayat yang terus berlanjut sepanjang kehidupan individu melalui proses belajar keluarga. Dalam keluargalah anak pertama kali mendapatkan pengalaman belajarnya dimana diketahui bersama bahwa keluarga merupakan tempat belajar di luar sekolah. Di dalam kehidupan keluarga ini terjadi interaksi, di dalamnya berupa transmisi pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai, dan kebiasaan. Pada dasarnya kegiatan tersebut menjadi akar untuk tumbuhnya perbuatan mendidik yang dikenal dewasa ini (Sudjana, 2001: 63).
3. Pendidikan Luar Sekolah Dalam Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak
Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 28 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal (Taman Kanak-kanak, Raudatul Athfal, atau bentuk lain yang sederajat), jalur pendidikan nonformal (Kelompok Bermain, Taman Penitipan Anak, atau bentuk lain yang sederajat), dan/atau jalur pendidikan informal yang berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
Oleh karena itu sudah sewajarnya bila peran Pendidikan Luar Sekolah yang mencakup pendidikan nonformal dan informal dalam memberikan pelayanan pendidikan dini kepada anak-anak yang tak memperoleh pendidikan di jalur pendidikan formal.

Pendidikan Anak Usia Dini
Anak usia dini sebagaimana yang termaktub dalam Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa: Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Batasan lain mengenai usia dini pada anak berdasarkan psikologi perkembangan yaitu antara usia 0–8 tahun.
Di samping istilah pendidikan anak usia dini terdapat pula terminologi pengembangan anak usia dini yaitu upaya yang dilakukan oleh masyarakat dan atau pemerintah untuk membantu anak usia dini dalam mengembangkan potensinya secara holistik baik aspek pendidikan, gizi maupun kesehatan (Direktorat PADU, 2002:3).
Pertumbuhan sering dikaitkan dengan kata perkembangan sehingga ada istilah tumbuh kembang. Ada pendapat yang mengatakan bahwa pertumbuhan merupakan bagian dari perkembangan. Namun sebenarnya pertumbuhan dan perkembangan adalah dua hal yang berbeda. Pertumbuhan adalah perubahan ukuran dan bentuk tubuh atau anggota tubuh, misalnya bertambah berat badan, bertambah tinggi badan, bertambah lingkaran kepala, bertambah lingkar lengan, tumbuh gigi susu, dan perubahan tubuh yang lainnya yang biasa disebut pertumbuhan fisik. Pertumbuhan dapat dengan mudah diamati melalui penimbangan berat badan atau pengukuran tinggi badan anak. Pemantauan pertumbuhan anak dilakukan secara terus menerus dan teratur.
Adapun perkembangan adalah perubahan mental yang berlangsung secara bertahap dan dalam waktu tertentu, dari kemampuan yang sederhana menjadi kemampuan yang lebih sulit, misalnya kecerdasan, sikap, tingkah laku, dan sebagainya. Proses perubahan mental ini juga melalui tahap pematangan terlebih dahulu. Bila saat kematangan belum tiba maka anak sebaiknya tidak dipaksa untuk meningkat ke tahap berikutnya misalnya kemampuan duduk atau berdiri.
Pertumbuhan dan perkembangan masing-masing anak berbeda, ada yang cepat dan ada yang lambat, tergantung faktor bakat (genetik), lingkungan (gizi dan cara perawatan kesehatan), dan konvergensi (perpaduan antara bakat dan lingkungan). Oleh sebab itu perlakuan terhadap anak tidak dapat disamaratakan, sebaiknya dengan mempertimbangkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak (Diktentis Diklusepa, 2003:8).
Pada saat anak dilahirkan ia sudah dibekali tuhan dengan struktur otak yang lengkap, namun baru mencapai kematangannya pada saat setelah di luar kandungan. Bayi yang baru dilahirkan memiliki 100 miliar neuron dan bertriliun-triliun sambungan antar neuron. Melalui persaingan alami akhirnya sambungan-sambungan yang tidak atau jarang digunakan akan mengalami atrofi. Pemantapan sambungan terjadi apabila neuron mendapatkan informasi yang mampu menghasilkan letupan-letupan listrik. Letupan tersebut merangsang bertambahnya produksi myelin yang dihasilkan oleh zat perekat glial. Semakin banyaknya zat myelin yang diproduksi maka semakin banyak dendrit-dendrit yang tumbuh, sehingga akan semakin banyak synapse yang berarti lebih banyak neuron-neuron yang menyatu membentuk unit-unit. Kualitas kemampuan otak dalam menyerap dan mengolah informasi tergantung dari banyaknya neuron yang membentuk unit-unit. Otak manusia bersifat hologram yang dapat mencatat, menyerap, menyimpan, mereproduksi dan merekonstruksi informasi.
Kemampuan otak yang dipengaruhi oleh kegiatan neuron ini tidak bersifat spontan, tetapi dipengaruhi oleh mutu dan frekuensi stimulasi yang diterima indra. Stimulasi pada tahun-tahun pertama kehidupan anak sangat mempengaruhi struktur fisik otak anak, dan hal tersebut sulit diperbaiki pada masa-masa kehidupan selanjutnya. Implikasinya adalah bahwa anak yang tidak mendapatkan stimulasi psikososial seperti jarang disentuh atau jarang diajak bermain akan mengalami berbagai penyimpangan perilaku. Penyimpangan tersebut dalam bentuk hilangnya citra diri yang berakibat pada rendah diri, sangat penakut, dan tidak mandiri, atau sebaliknya menjadi anak yang tidak memiliki rasa malu dan terlalu agresif.
Stimulasi psikososial untuk merangsang pertumbuhan anak tidak akan memberikan arti bagi masa depan anak jika derajat kesehatan dan gizi anak tidak menguntungkan. Pertumbuhan otak anak ditentukan oleh bagaimana cara pengasuhan dan pemberian makan serta stimulasi anak pada usia dini yang sering disebut critical period ini. Gizi yang tidak seimbang maupun gizi buruk serta derajat kesehatan anak yang rendah akan menghambat pertumbuhan otak, dan pada gilirannya akan menurunkan kemampuan otak dalam mencatat, menyerap, mereproduksi dan merekonstruksi informasi. Di samping itu, rendahnya derajat kesehatan dan gizi anak akan menghambat pertumbuhan fisik dan motorik anak yang juga berlangsung sangat cepat pada tahun-tahun pertama kehidupan anak. Gangguan yang terjadi pada pertumbuhan fisik dan motorik anak, sulit diperbaiki pada periode berikutnya, bahkan dapat mengakibatkan cacat yang permanen (Dirjen Diklusepa, Depdiknas: 2002).
Konsep di atas menuntut adanya pengintegrasian aspek psiko-sosial/pendidikan, gizi dan kesehatan dalam proses tumbuh kembang anak atau dengan kata lain anak mendapatkan layanan dasar secara holistik.
Dalam perkembangan anak, pada saat-saat tertentu dapat terjadi kemandegan tugas-tugas perkembangan (discontinuity), misalnya karena sakit, namun setelah masa ini berlalu ada tugas perkembangan yang bisa dikejar dan ada pula yang tidak bisa dikejar sama sekali.

Peranan Pendidikan Luar Sekolah
Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2000 menunjukkan bahwa dari jumlah 26,09 juta anak usia 0-6 tahun, sebagian besar (sekitar 17, 99 juta anak atau 68,9%) belum terlayani dalam pendidikan prasekolah. Taman Kanak-kanak dan Raudhatul Athfal hanya mampu melayani sekitar 2 (dua) juta anak dari 12,6 juta anak usia 4-6 tahun yang ada.
Berkenaan dengan hal tersebut di atas maka sewajarnya bila peran Pendidikan Luar Sekolah yang mencakup pendidikan nonformal dan informal – dalam memberikan pelayanan pendidikan dini pada anak-anak yang tak memperoleh pendidikan di jalur pendidikan formal sangatlah penting dan mendesak. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang diselenggarakan pendidikan luar sekolah berupa kelompok bermain, taman penitipan anak, dan satuan pendidikan anak usia dini yang sejenis.
Kelompok bermain adalah salah satu bentuk layanan PAUD bagi anak usia tiga – enam tahun, yang berfungsi untuk meletakkan dasar-dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan bagi anak usia dini dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya, sehingga siap memasuki pendidikan dasar.
Taman Penitipan Anak adalah wahana pendidikan dan pembinaan kesejahteraan anak yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk jangka waktu tertentu selama orangtuanya berhalangan atau tidak memiliki waktu yang cukup dalam menagsuh anaknya karena bekerja atau sebab lain.
Satuan PAUD sejenis merupakan bentuk-bentuk layanan PAUD lainnya yang tidak diselenggarakan dalam bentuk taman penitipan anak ataupun kelompok bermain. Satuan PAUD sejenis dapat berbentuk: PAUD dalam keluarga dan berbagai layanan pendidikan lainnya, baik yang bersifat khusus maupun umum yang diselenggarakan bagi anak usia dini.
PAUD Terintegrasi Posyandu atau Pospadu adalah pengembangan dari satuan PAUD sejenis, yang merupakan upaya pendidikan bagi anak usia dini yang dilaksanakan dengan mengintegrasikan pendidikan dengan program posyandu, sehingga anak memperoleh layanan dasar secara holistik/menyeluruh yang mencakup layanan gizi, kesehatan, dan pendidikan.
Peranan dan Pemberdayaan Masyarakat
Kenyataan bahwa masih banyak anak usia dini yang belum mendapatkan pelayanan pendidikan tak dapat dipungkiri, terlebih bagi masyarakat kelas bawah yang merupakan sebagian besar penduduk Indonesia yang berada di pedesaan. Hal itu disebabkan antara lain kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi anak usia dini masih sangat rendah.
Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya gizi dan kesehatan untuk peningkatan kualitas anak, nampaknya jauh lebih baik daripada kesadaran akan pentingnya pendidikan. Hasil penelitian Meneg Pemberdayaan Perempuan tahun 2001 di wilayah Jakarta dan sekitarnya seperti yang dilansir oleh Yayasan Kita dan Buah Hati (Jalal, 2002: 13) menyebutkan bahwa pada umumnya masyarakat memandang belum perlu pendidikan diberikan kepada anak usia dini. Hal ini sangat wajar mengingat bahwa pemahaman masyarakat terhadap pentingnya PAUD masih sangat rendah serta pada umumnya mereka berpandangan bahwa pendidikan identik dengan sekolah, sehingga bagi anak usia dini pendidikan dipandang belum perlu.
Lebih jauh Hadis (2002: 25) mengemukakan ada beberapa faktor yang menjadikan penyebab masih rendahnya kesadaran masyarakat di bidang pendidikan anak usia dini seperti: ketidaktahuan, kemiskinan, kurang berpendidikan, gagasan orangtua tentang perkembangan anak yang masih sangat tradisional, kurang mau berubah, masih sangat konkret dalam berpikir, motivasi yang rendah karena kebutuhan yang masih sangat mendasar (untuk survival), serta masih sangat dipengaruhi oleh budaya setempat yang sempit.
Rendahnya tingkat partisipasi anak mengikuti pendidikan prasekolah dapat juga dipengaruhi oleh beberapa hal lainnya seperti: (1) Masih terbatas dan tidak meratanya lembaga layanan PAUD yang ada di masyarakat terutama di pedesaan. Sebagai contoh pertumbuhan TK, KB/RA, dan TPA di perkotaan lebih pesat dibandingkan di pedesaan; (2) Rendahnya dukungan pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini. Fakta menunjukkan (Rosadi, 2002) dari 41.317 buah TK di seluruh Indonesia, 41.092 buah (99.46%) didirikan oleh pihak swasta sedangkan pemerintah hanya mendirikan 225 buah (0.54%). Jumlah TK tersebut tidaklah berimbang dengan jumlah anak yang seharusnya mengikuti pendidikan dini.
Memang berhasilnya PAUD merupakan tanggung jawab pemerintah bersama masyarakat terutama keluarga yang merupakan penanggungjawab utama dalam optimalisasi tumbuh kembang anak. Peran pemerintah adalah memfasilitasi masyarakat agar mereka dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak.
Upaya pemerintah untuk memfasilitasi masyarakat antara lain melalui standarisasi kurikulum guna membantu masyarakat mengontrol penyelenggaraan pendidikan agar tidak merugikan peserta didik maupun masyarakat, peningkatan kemampuan profesi dan akademik bagi tenaga kependidikan, peningkatan fungsi keluarga sebagai basis pendidikan anak, serta pengembangan manajemen pembelajaran yang mencakup pengembangan metodologi pembelajaran, pengembangan sarana dan bahan belajar termasuk bacaan anak, pengembangan permainan dan alat permainan serta pengembangan evaluasi tumbuh kembang anak.
Dalam rangka memberikan perhatian secara khusus terhadap anak usia dini yang tidak terlayani pada lembaga formal (TK/RA) maka dibentuklah Direktorat PADU di lingkungan Depdiknas. Kehadiran direktorat ini terutama untuk memberikan layanan, bimbingan dan atau bantuan teknis edukatif yang tepat terhadap semua layanan anak usia dini (di luar TK dan RA) yang ada di masyarakat.
Masyarakat itu sendiri juga perlu meningkatkan peran sertanya secara aktif dalam pelaksanaan, pembinaan, dan pelembagaan pembinaan anak. Untuk itu pemerintah perlu memberdayakan peranserta masyarakat sebagai upaya menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan masyarakat, dengan cara mengembangkan segala potensi yang dimiliki agar masyarakat memiliki kemampuan sendiri dalam menentukan pilihan dan mengambil keputusan. Dalam kondisi seperti ini, sinergi antara pemerintah dengan masyarakat sangat diperlukan. Perlu pula diingat bahwa kebanyakan program PAUD masih berjalan sendiri-sendiri, tidak ada sinergi antar program yang ada di masyarakat.
Sinergi berbagai unsur yang berkepentingan dalam pembinaan anak merupakan kunci keberhasilan upaya pembinaan anak. Pemerintah harus memperluas jaringan kemitraan. Jaringan kemitraan merupakan kunci efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan program pendidikan, dimana selama ini tumpang tindih program termasuk pembinaannya, merupakan kesalahan sebagai akibat tidak berjalannya jaringan kemitraan termasuk koordinasi sebagai salah satu komponennya. Di samping itu adanya jaringan kemitraan yang luas di setiap tingkatan institusi masyarakat, mulai dari pusat sampai grass-root, merupakan jawaban atas keberlangsungan suatu program di masyarakat.
Program yang mempunyai jaringan kemitraan memiliki ciri-ciri antara lain tingginya komitmen semua unsur yang terlibat dan tingginya rasa memiliki masyarakat terhadap program yang ada. Kedua ciri ini merupakan komponen terpenting untuk menjamin keberlangsungan suatu program yang pada gilirannya mengarah pada pelembagaan program di masyarakat. Perluasan jaringan kemitraan agar efektif hendaknya diarahkan pada penciptaan situasi kondusif yang menumbuh kembangkan komitmen semua unsur dan kepemilikan oleh masyarakat terhadap suatu program.
Peranan Keluarga dan Lingkungan
Bagi anak usia dini, orangtua merupakan guru yang terpenting dan rumah tangga merupakan lingkungan belajar utamanya. Harus diingat bahwa fungsi PAUD bukan sekedar untuk memberikan berbagai pengetahuan kepada anak melainkan yang tidak kalah pentingnya adalah untuk mengajak anak berpikir, bereksplorasi, bergaul, berekspresi, berimajinasi tentang berbagai hal yang dapat merangsang pertumbuhan sinaps baru dan memperkuat yang telah ada serta menyeimbangkan berfungsinya kedua belahan otak (Jalal, 2002: 15). Oleh karena itu lingkungan yang baik untuk PAUD adalah lingkungan yang mendukung anak melakukan kegiatan tersebut. Selama ini ada anggapan bahwa lingkungan yang baik adalah ruangan yang berdinding putih, bersih, dan tenang. Sebuah anggapan yang keliru karena ruangan tanpa rangsangan semacam itu justru menghambat perkembangan anak.
Memang benar bahwa faktor bawaan juga berpengaruh terhadap kecerdasan seseorang tetapi pengaruh lingkungan juga merupakan faktor yang tidak kalah pentingnya. Jika faktor bawaan dimisalkan sebagai dasar maka faktor lingkungan merupakan pengembangannya. Tanpa diperkaya oleh lingkungan, modal dasar tersebut tidak akan berkembang bahkan bisa jadi menyusut.
Jika orangtua karena satu dan lain hal tidak melaksanakan fungsinya sebagai pendidik, fungsi ini dapat dialihkan (sebagian) kepada pengasuh, lembaga pendidikan/penitipan anak, lingkungan atau siapa saja yang mampu berperan sebagai pengganti. Peran pengganti ini dapat dilakukan baik di lingkungan keluarganya (pengasuh) atau di luar lingkungan keluarga (KB, TPA & lembaga PAUD sejenis).
Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan anak adalah sangat penting. Pengaturan lingkungan yang membuat anak dapat bergerak bebas dan aman untuk bereksplorasi merupakan kondisi yang sangat baik bagi perkembangan anak, anak dapat meningkatkan daya imajinasi dan kreativitas serta diperolehnya pengalaman-pengalaman baru.

http://edukasi.kompasiana.com